Minggu, 05 Desember 2010

MENDIDIK ANAK MANDIRI
Dra. Zonaina Yuhadisi, M.Pd

Perilaku anak memang beragam. Ketika anak bersikap kurang menyenangkan
orang tua, kecenderungan anak dipersalahkan. Orang tua umumnya heran
dan tidak mengerti, mengapa anaknya berubah. Padahal, sebelumnya anak
itu sangat menyenangkan orang tua.
Sikap anak yang kerap menangis bila ada keinginan, atau selalu
menempel pada orang tuanya tentunya membuat orang tua kecewa dan
menjadi emosi. Sedangkan sikap anak yang ceria, pandai bergaul, berani
dan mampu mengungkapkan keinginanya, tentunya hal ini sangat
membanggakan orang tua. Oleh karena itu, tidak jarang orang tua
membanding-bandingkan putra putri mereka.

Perilaku yang mengecewakan
Ketika anak menangis tanpa sebab yang jelas, atau merengek terus,
boleh jadi anak membutuhkan sesuatu namun ia belum bisa
mengungkapkannya. Atau mungkin juga hal ini menunjukkan kebutuhan anak
akan perhatian orang tua. Kondisi ini perlu dicermati oleh orang tua
agar tidak salah dalam menanggapinya. Emosi sangat perlu untuk
dikendalikan, karena anak memang sedang sangat membutuhkan bantuan dan
perlindungan. Tangis anak sangat banyak artinya. Oleh karena itu para
orang tua perlu mengetahui dan memahaminya.

Komunikasi adalah solusi dari problema di atas. Bina dan latih anak
berkomunikasi dengan orang tua. Sikap kasih sayang orang tua sangat
perlu diekspresikan dengan jelas dan diungkapkan. Hal ini merupakan
pintu terjalinnya komunikasi, karena anak akan merasakan 'aman dan
tenang' bersama orang tua. Dengan terjalinnya komunikasi yang baik,
maka diharapakan ungkapan dan harapan anak tidak lagi melalui tangis
dan rengekan, melainkan dapat dijelaskan dengan ungkapan. Bantulah
anak untuk mengungkapkan keinginannya tersebut, dan tunjukkan bahwa
selaku orang tua memang sangat ingin membantu.

Perilaku yang membanggakan
Memiliki anak yang aktif, kreatif, dan sholeh tentunya membahagiakan
sekaligus membanggakan. Anak ini biasanya tidak tergantung dengan
orang tua, dan ia mampu menciptakan kesenangan bagi dirinya. Apalagi
bila iapun mampu bersosialisasi, tentunya lengkaplah kebanggaan orang
tua.

Perilaku anak memang sangat erat hubungannya dengan pola asuh dan
pendidikan yang diterapkan. Tangis dan rengekan anak itu boleh jadi
disebabkan oleh rasa takut atau cemas yang ada pada dirinya. Penyebab
utama kecemasan adalah kurangnya rasa aman. Adapun sumbernya bisa dari
:

• Orang tua atau guru yang tidak konsisten
• Orang tua yang menuntut kesempurnaan atas prestasi
• Tidak jelasnya aturan
• Kritik yang berlebihan

Dengan demikian untuk menghindari 'sikap anak yang buruk' maka orang
tualah yang harus menciptakan situasi dan kondisi lingkungan yang
kondusif, sekaligus merancang dan menerapkan pola asuh dan pendidikan
yang tepat.

Mendidik …
Usia anak pra sekolah merupakan masa cemerlang, karena di usia ini 50%
otaknya terbentuk. Oleh karena itu, bila menginginkan anak yang
sholeh, cerdas dan percaya diri, maka ada 3 hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Rangsangan/stimulus
Dalam pertumbuhan awal, anak akan merekam semua yang ia dengar, lihat
dan rasakan. Hasil rekaman ini akan bermunculan dan dimanfaatkannya
pada saat yang tepat sesuai dengan perkembangan kemampuannya. Oleh
karena itu berilah rangsangan optimal bagi anak untuk kecerdasan
intelektual, emosi dan spiritualnya. Ajaran yang paling penting untuk
landasan kehidupan anak yang harus dijelaskan sedini mungkin adalah
mengenai Allah yang memiliki sifat mulia dan amat dekat dengan
manusia. Pemberian informasi yang terpilih, penggunaan peraga yang
tepat dan penjelasan aturan hidup yang harus dimiliki anak perlu kerap
diungkap.

Untuk optimalisasi rangsangan, dibutuhkan penjelasan tentang aneka
info; nilai & disiplin; hubungan sosial & kehidupan serta cara-cara
mengungkap emosi dan harapan.

2. Pengkondisian
Kondisi lingkungan anak perlu dirancang sedemikian rupa sehingga rasa
aman dapat tercipta. Dalam lingkungan seperti inilah aturan dan norma
yang hendak diberlakukan dapat disosialisasikan kepada anak melalui
pengulangan. Nilai dan aturan yang ingin diterapkan perlu dilakukan
secara terus menerus dan diulang-ulang, sehingga menjadi kebiasaan
setiap orang. Keberhasilan penanaman aturan ini sangat ditentukan
percontohan dari sikap orang tua. Ketika anak telah berusia 2.5 th dan
dia mulai membutuhkan teman sosialisasi, maka pemilihan lingkungan ke
dua setelah rumah sudah harus jadi pertimbangan. Dalam memilih
'sekolah' yang tepat perlu mempertimbangkan "pola pembinaan, sarana
dan target permainan serta pola keteladanan'.

3. Percontohan
Percontohan orang tua merupakan ajaran terbaik bagi anak. Percontohan
yang diberikan akan mudah difahami dan diserap anak karena nyata
terlihat dan terasa. Percontohan yang diikuti oleh penjelasan alasan
atas sebuah sikap akan membuat anak mantap melakukan perbuatan
tersebut, karena ia memahami landasannya.

Rangsangan, pengulangan dan percontohan merupakan 3 hal yang saling
terkait. Ketiganya sangat ditentukan oleh disiplin, kontinuitas, dan
konsisten. Sikap orang tua yang disiplin dan konsisten terhadap
'nilai aturan' yang diberlakukan akan berdampak pada mantapnya anak
dalam menjalani hidup. Apalagi bila nilai-nilai itu dibakukan dan
diberlakukan secara kontinue tentunya anak akan memiliki figur teladan
yang jelas.

Mandiri
Dengan lingkungan yang kondusif seperti di atas, dapat diharapkan
terbentuknya anak-anak mandiri. Kemandirian anak dapat dibentuk
melalui pendidikan. Hal-hal yang mendukung terbentuknya 'kemandirian'
adalah :
a. Diakui sebagai subjek
Memposisikan anak sebagai subjek artinya ia diakui kehadirannya
sebagai individu yang merdeka. Selaku orang tua yang menginginkan
anaknya mandiri, maka jangan paksa anak melakukan hal-hal yang orang
tua inginkan tanpa penjelasan kepada anak. Biarkan anak melakukan apa
yang diinginkannya, dan bantulah anak untuk memahami tindakannya dan
bertanggungjawab atas tindakan tersebut. Namun bila yang orang tua
kehendaki itu merupakan hal terbaik bagi anak, maka berilah penjelasan
agar anak melakukannya atas kemauan dirinya dan tidak ada
keterpaksaan.

Memberi pujian atas sikap positif anak yang disertai komentar dapat
membantu terbentuknya konsep perbuatan baik pada diri anak. Hal ini
berdampak pada anak menjadi gemar melakukan perbuatan baik, karena
setiap berbuat baik akan menimbulkan rasa puas dan kebahagiaan bagi
diri dan orang tuanya. Secara tidak langsung anak termotivasi untuk
memiliki kebiasaan baik.

Memberi teguran dengan bijak dan penjelasan yang gamblang dapat
membantu anak untuk memahami konsep 'perbuatan buruk' yang harus
ditinggalkannya. Setiap perbuatan buruk itu tentu akan mengakibatkan
rasa kecewa pada diri anak dan orang tua. Dengan demikian, pemahaman
ini dapat memotivasi anak untuk meninggalkan perbuatan buruk tersebut.

Ada beberapa hal yang perlu dihindarkan, yaitu :
 Hindari kebiasaan melarang tanpa alasan, karena seringnya
menggunakan kata 'jangan' akan mengakibatkan hilangnya kreatifitas
anak.
 Hindari kebiasaan mencela dan mengolok-olok anak, karena akan
merusak jati diri anak.
 Hindari kebiasaan menuduh dan menyalahkan anak, karena akan
membentuk anak senantiasa dalam rasa salah.
 Hindari emosi yang tidak terkendali, karena akan membuat anak
frustasi dan dalam kebingungan
 Hindari ancaman kosong karena bila pengalaman ini berulang terjadi,
di mana anak diancam tetapi tidak dilaksanakan, maka anak akan
mendapat contoh 'bohong' dari orang tuanya sendiri. Hal ini tentu saja
akan membentuk perilaku anak kelak menjadi pembohong pula.

b. Pendekatan individual
Setiap anak itu unik, dia memiliki bakat dan watak sendiri-sendiri.
Selain itu, tiap anak pun memiliki potensi yang siap diolah dan
dikembangkan. Dengan demikian kesempatan dan rangsangan terhadap
anak-anak harus disesuaikan dengan kondisi anak itu sendiri. Hal-hal
positif (potensi) anak perlu terus dirangsang dan dikembangkan,
sementara itu hal-hal negatif (kekurangan) anak perlu diberi
penjelasan agar anak mengurangi atau bahkan meninggalkannya.
Latihan-latihan yang sesuai dengan kondisi anak akan membantu anak
untuk menyadari perubahan dan kemajuan atas usaha yang ia lakukan.
Upaya ini harus dijelaskan dan disadarkan kepada anak, sehingga
anakpun memiliki target keberhasilan. Dengan demikian setiap anak akan
bangga pada dirinya dan ia terpacu untuk lebih baik.

Dua hal yang perlu dibiasakan agar menjadi fondasi peribadi anak adalah :
1. sikap belajar, mencakup konsentrasi, minat, dan respon. Latihan
yang kontinue terhadap sikap belajar disertai pengkondisian belajar
yang menyenangkan dapat membentuk anak untuk senang belajar. Perbanyak
rangsangan dengan beragam media yang disediakan sehingga anak merasa
bermain yang sekaligus belajar dan mencerdaskan.
2. pola sosialisasi, merupakan aturan pergaulan yang hendak
diterapkan. Disinilah peluang untuk menanamkan nilai-nilai etika dan
cara bergaul yang benar. Selain itu, anak perlu dibantu untuk
mengenali emosi diri dan mampu mengungkapkannya. Selanjutnya anak
dapat dibantu untuk mengendalikan emosi diri dan mengenali emosi orang
lain. Yang paling penting dalam pola sosialisasi ini adalah bagaimana
mengantarkan anak untuk mampu diterima oleh lingkungannya.

c. Peluang mengembangkan diri
Kesempatan yang diberikan kepada anak untuk bereksplorasi merupakan
kesempatan emas bagi anak dalam mengembangkan diri. Bentukan
keperibadian anak yang dikehendaki oleh orang tua tentunya harus
disesuaikan dengan sarana yang disediakan. Pemilihan sarana bermain
dan lingkungan yang diberikan oleh orang tua, agar mencapai hasil
optimal maka membutuhkan kejelasan program dan targetnya.

Selain sarana, aturan-aturan yang perlu diterapkan pun harus difahami
anak. Hindari setiap larangan dan ubahlah menjadi penjelasan tentang
'akibat sebuah perbuatan'. Anak boleh memanjat, bergelayut, meloncat
atau apapun yang ia sukai namun ia harus yakin pada posisinya dan
dipastikan tidak ceroboh dan aman. Ajak anak untuk berhati-hati dan
mampu menghindari cedera. Oleh karena itu, anakpun perlu diberi kiat
untuk jatuh yang tidak cedera. Penjelasan yang gamblang akan memberi
'rasa mantap' kepada anak dalam bertindak.

d. Diberi kepercayaan dan tanggung jawab
Ketika anak diberi kesempatan untuk melakukan dan memenuhi
keinginannya, seperti berlari, melompat dan memanjat, di sini anak
akan bebas bereksplorasi memenuhi kaingintahuannya. Hal ini sangat
positif namun harus diiringi dengan rambu-rambu yang harus diketahui
anak agar tidak berakibat buruk atau fatal. Kesempatan yang diberikan
ini merupakan latihan bagi anak untuk dapat dipercayai. Setiap
kepercayaan yang diberikan kepada anak dengan diiringi rambu-rambu,
maka bertepatan dengan itu orang tuapun mengajari tanggung jawab.
Upaya anak memperhatikan rambu-rambu dan bersikap hati-hati
menghindarkan diri dari kecelakaan, maka itupun benih rasa
tanggungjawab bagi anak. Memberi kepercayaan sejak dini yang diiringi
dengan bimbingan untuk bertanggung jawab dapat menumbuhkan benih
kemampuan problem solving dikemudian hari.

Penutup
Kemandirian anak memang sangat bergantung pada lingkungan dan aturan
yang diberlakukan. Lingkungan pertama anak adalah orang tua dan
keluarganya. Oleh karena itu sikap sehari-hari dan keteladanan yang
diberikan akan sangat berpengaruh terhadap keperibadian anak. Semakin
terbuka sebuah keluarga tentunya anak akan berpeluang untuk lebih
mandiri. Percontohan utama yang diberikan oleh Luqman a.s. dalam
mendidik sudah selayaknya dijadikan patron buat kita semua, agar
anak-anak yang lahir ini kelak menjadi kebanggaan kita semua karena
keshalihannya.

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya,
di waktu ia memberi pelajaran kepadanya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar".

Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah-tambah,
dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik,
dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,
kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu,
maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Q.S. Luqman (31) ayat 13-15


PANDUAN UNTUK ORANG TUA

• SEKAPUR SIRIH

A'udzubillaahi minas syaithoonir rajiim
Bismillaahir rahmaanir rahiim

Segala puji bagi Allah yang telah memberi kekuatan kepada kita semua
untuk terus beramal shalih dan hidup mengejar keridlaan-Nya. Suatu
karunia dari Allah, sehingga TK Islam Miftahul Fath yang berdiri 1997
hingga kini masih bertahan dan berkembang, perlahan tapi pasti
mengingat konsep pendidikan yang kami canangkan memang sangat ideal.

Kami yakin, masyarakat di Komplek Griya Bandung Asri adalah masyarakat
yang cukup memperhatikan betapa pentingnya pendidikan bagi anak-anak
dan mengharapkan mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal,
baik IQ, EQ maupun SQ. Oleh karena itu, perlu rasanya kami
memperkenalkan konsep pendidikan kami sehingga Bapak/Ibu percaya dan
bersama-sama kami mencoba membentuk putra-putrinya untuk menjadi anak
sholeh yang cerdas dan percaya diri. Tentu saja kerja sama yang
terbina dengan baiklah yang akan memberi hasil optimal.

Keberhasilan pendidikan memang terkait erat dengan biaya yang
disediakan, namun disinilah kita berinvestasi untuk generasi
mendatang. Kesiapan hidup prihatin dan bersahaja merupakan motivasi
sekaligus cita-cita terciptanya anak-anak berprestasi dan kelak
menjadi pemimpin yang gemilang, jujur dan berakhlaqul karimah.


Wassalam

PG / TK ISLAM MIFTAHUL FATH


• PLAY GROUP ISLAM MIFTAHUL FATH

Usia pra sekolah adalah usia gemilang anak karena di usia inilah 50%
otak anak terbentuk, demikian Dr. Burton L. White berpendapat.
Memanfaatkan peluang ini, tentunya stimulasi optimal perlu diberikan
kepada anak namun tetap dalam dunia bermain. Dengan demikian anak
tidak merasakan beban belajar, tetapi kesenangan bermain yang ternyata
mencerdaskan mereka. Dalam bermain tentunya terjadi interaksi, di
sinilah peluang untuk berlatih sosialisasi dengan baik dan benar dalam
tata nilai Islam.
Stimulasi pembelajaran ditekankan pada latihan konsentrasi dan
keberanian, menumbuhkan minat belajar serta sikap belajar yang baik.

• TK ISLAM MIFTAHUL FATH

Pembelajaran dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan. Dengan
menggunakan alat permainan, kegiatan belajar diupayakan untuk dapat
merangsang minat belajar anak. Beragam materi dan informasi yang
disampaikan merupakan stimulasi optimal bagi kecerdasan intelektual
(IQ) anak. Titik tekan pembelajaran adalah pada pembentukan sikap
belajar anak, dengan melatih konsentrasi, aktif responsif dan
ketuntasan belajar.
Sosialisasi yang terpantau guru senantiasa dapat mengoreksi kekeliruan
sekaligus mengarahkan anak pada sikap dan perilaku anak shaleh.
Setiap anak diperlakukan sebagai subjek yang dihargai keberadaannya,
sehingga berpeluang untuk mengembangkan potensi masing-masing. Dengan
demikian, kecerdasan emosi (EQ) kerap terstimulasi.
Praktek ibadah merupakan upaya pembiasaan anak dalam pelaksanaan
shalat dan membaca Al Qur'an serta menghafalkannya. Makna ayat
dijelaskan agar dapat menjadi motivasi anak untuk meraih kecintaan
Allah. Penyelarasan sikap anak dengan tujuan mendapat kecintaan Allah
ini merupakan pengalaman spiritual yang menjadi fondasi kecerdasan
spiritual (SQ).


• PENDIDIKAN FITRAH

Allah telah menciptakan setiap manusia mengenal diri-Nya, melalui
dialog di alam sulbi, Q.S. Al A'raf (7) ayat 172 : Dan (ingatlah),
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman):"Bukankah Aku ini Tuhanmu". Mereka menjawab:"Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu)
agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:"Sesungguhnya kami (Bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
sehingga setiap manusia terlahir dalam keadaan fitrah. Kefitrahan ini
haruslah dijaga dan dipelihara, agar tidak terjadi penyimpangan. Di
sinilah peran orang tua sangat menentukan, seperti apa pola pendidikan
yang diterapkannya.

PG & TK Islam Miftahul Fath mencoba untuk memelihara dan
menumbuhkembangkan fitrah anak dengan membentuk lingkungan kondusif
dan konsep pendidikan yang mendekatkan anak kepada Allah SWT. Allah
Maha Rahman dan Rahim, sehingga dalam setiap aktifitas anak diingatkan
untuk terkait dengan Allah dan memohon pertolongan-Nya. Di sini
rangsangan spiritual (SQ) amat kaya, sehingga kelak anak memiliki
fondasi kuat dalam hidupnya.

Pembiasaan kalimah thoyyibah dalam aktifitas sehari-hari anak tentunya
berdampak pada keperibadian anak, di mana setiap peristiwa itu
senantiasa dihiasi dengan do'a kepada Allah. Uswah – keteladanan yang
diberikan para guru merupakan satu kondisi yang mutlak diwujudkan,
sehingga anak memiliki prototipe yang jelas. Kebiasaan akhlaqul
karimah ini dimotivasi oleh harapan yang sama (guru dan murid) yaitu
menjadi hamba Allah yang shaleh dan dicintai-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar